Pendekatan dan Model-model Pembelajaran Kurikulum 2013 Mapel IPS
Pendekatan dan Model Pembelajaran Kurikulum 2013 Mata Pelajaran IPS
a. Pendekatan Pembelajaran IPS
Perubahan kurikulum meliputi isi, proses, dan penilaian. Peserta didik harus aktif membangun pengetahuan dalam proses pembelajaran. Guru sebagai fasilitator, menggunakan berbagai sumber dan media pembelajaran serta menggunakan pembelajaran saintifik. Pembelajaran saintifik menuntut peserta didik untuk aktif membangun pengetahuan sendiri melalui aktivitas ilmiah yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/ mengasosiasi, mengomunikasikan. Adapun kriteria pembelajaran saintifik adalah sebagai berikut:
1) Materi pembelajaran berbasis fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kirakira, khayalan, atau dongeng semata.
2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif gurupeserta didik harus logis, terbebas dari prasangka, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi dan memahami materi, mampu memecahkan masalah dan mengaplikasikan materi pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk mampu berpikir hipotetik (pendugaan) berdasarkan pola pikir yang rasional, objektif dan berbasis keilmuan.
5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik agar mampu memahami, melihat perbedaan, persamaan, kaitan antarmateri pembelajaran, menerapkan, mengembangkan, dan merespon materi pembelajaran secara logis dan rasional berbasis pada fakta,data, konsep, dan teori yang dapat dipertanggungjawabkan.
6) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara operasional dan jelas.
7) Pembelajaran dikembangkan secara terintegrasi atau terpadu antara aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ranah sikap dalam mentransformasi materi ajar yang mendorong agar peserta didik “tahu mengapa”, ranah pengetahuan agar peserta didik “tahu apa”, dan ranah keterampilan agar peserta didik “tahu bagaimana”.
8) Hasil akhir pembelajaran IPS adalah peningkatan dan keseimbangan antara aspek sikap (spiritual dan sosial) menjadi manusia yang baik(soft skills) dan manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk hidup secara layak (hard skills).
Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/ mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
1) Mengamati
Kegiatan mengamati dapat dilakukan melalui dua cara yaitu: (a) pengamatan langsung terhadap objek baik di dalam kelas maupun di luar sekolah; (b) pengamatan secara tidak langsung dengan menghadirkan lingkungan atau objek dalam bentuk model, tabel, peta, gambar, foto, maket, tayangan film dan lain sebagainya tentang objek dipelajari. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran IPS dilakukan melalui aktivitas sebagai berikut :
a) Persiapan melakukan pengamatan
- (1) Menentukan objek apa yang akan diobservasi.
- (2) Menentukan secara jelas dan pasti datayang akan diperoleh melalui observasi.
- (3) Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi.
- (4) Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi dan alat pencatat (alat perekam) yang akan digunakan.
- (5) Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan agar pengamatan dan mengumpulkan data berjalan mudah dan lancar.
- (6) Menentukan cara pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan lembar observasi, peta, buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.
b) Pelaksanaan Pengamatan
- (1) Mengamati objek secara langsung yang berupa fenomena alam dengan menggunakan lembar observasi.
- (2) Mengamati objek secara langsung yang berupa fenomena sosial dengan menggunakan lembar observasi.
- (3) Mengamati suatu proses atau simulasi dengan menggunakan lembar pengamatan.
- (4) Mengamati model (maket), peta, globe, gambar, foto, grafik, kurva.
- (5) Mengamati tayangan video.
Pengamatan dapat disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lainnya. Kegiatan mengamati dapat dilakukan menggunakan dua teknik yaitu mengamati dengan menggunakan instrumen (lembar observasi dan alat perekam), juga dilakukan dengan menggunakan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, dan menonton) dengan atau tanpa alat.
2) Menanya
Setelah proses observasi, aktivitas berikutnya adalah peserta didik mengajukan pertanyaan berdasarkan hasil pengamatan. Menanya meliputi kegiatan membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi. Aktivitas bertanya bukan dilakukan oleh guru, melainkan oleh peserta didik berdasarkan hasil pengamatan yang telah mereka lakukan. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik lain untuk menjawab, atau bertanya, sehingga terjadi diskusi atau tanya jawab yang aktif secara keseluruhan peserta didik.
Aktivitas menanya merupakan hasil proses berpikir dan keterampilan yag perlu dilatih. Keterampilan menyusun pertanyaan sangat penting untuk melatih berpikir dan berbicara secara sistematis/runtut, menggunakan
bahasa yang baik, menghargai pendapat orang, mendengarkan orang lain, dan membiasakan sopan santun dalam berbicara. Bila tidak ada peserta didik yang bertanya, guru dapat mengajukan pertanyaan yang memancing, seperti mengapa aktivitas ekonomi seperti itu ada di sana, bagaimana proses aktivitas dapat berlangsung, apa penyebabnya, dan seterusnya.
3) Mengumpulkan Informasi
Setelah proses menanya, aktivitas berikutnya adalah mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber. Kegiatan mengumpulkan informasi meliputi mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/mengembangkan.
Data atau informasi dapat diperoleh baik secara langsung dari lapangan maupun dari berbagai bahan bacaan. Hasil pengumpulan data tersebut kemudian menjadi bahan bagi peserta didik untuk melakukan pembuktian, sehingga peserta didik memperoleh dan membangun pengetahuan berdasarkan bukti-bukti empiris. Bila informasi dari peserta didik kurang memuaskan, maka guru dapat memperlihatkan sumber, data dan atau petunjuk lain yang dapat menambahkan dan memperkuat jawaban yang benar, sehingga fakta dan data lebih meyakinkan kebenarannya.
4) Menalar/Mengasosiasi
Kegiatan menalar/mengasosiasi meliputi mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta yang diobservasi, untuk kemudian diperoleh simpulan secara empiris berdasarkan bukti-bukti, sehingga tersusunlah pengetahuan. Menalar/mengasosiasi dapat diartikan sebagai penunjukkan data atau fakta sebagai bukti telah melakukan observasi dan pencarian informasi atau data.
Pendekatan saintifik banyak merujuk pada teori belajar asosiasi yaitu mengembangkan kemampuan mengidentifikasi dan mengelompokkan ragam fakta atau peristiwa berdasarkan kriteria tertentu sehingga mudah diingat. Hasil dari aktivitas menalar/mengasosiasi adalah kesimpulan. Kesimpulan yang diperoleh berupa asosiasi atau mengaitkan antara dunia nyata dengan konsep keilmuan, dan sebaliknya konsep keilmuan dapat diaplikasikan dalam dunia nyata.
Contoh: Peserta didik membuktikan adanya asosiasi misalnya pengaruh bentuk muka bumi terhadap aktivitas manusia. Bukti yang dapat ditunjukkan misalnya tabel, gambar, dan teori yang telah dikumpulkan dari berbagai sumber. Dalam mengamati permukaan bumi (langsung atau melalui peta) dikelompokkan atas dataran, perbukitan dan pegunungan. Berdasarkan aktivitas ekonomi ada perkebunan, pertanian sawah, dan perikanan. Kedua fakta tersebut (morfologi dan aktivitas ekonomi) diasosiasikan dimana aktivitasnya bertani sawah, berkebun, dan beternak ikan, mengapa demikian dan seterusnya sehingga terdapat kaitan antara dua fakta tersebut.
5) Mengomunikasikan
Mengomunikasikan adalah penyampaian hasil atau temuan kepada pihak lain melalui tulisan atau lisan. Kegiatan mengomunikasikan meliputi menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan. Keterampilan menyajikan atau mengomunikasikan hasil temuan sangat penting dalam proses pembelajaran.
Dalam kegiatan mengomunikasikan guru dapat menilai kemampuan peserta didik secara terintegrasi dan komprehensif antara penguasaan materi, pola pikir, berbahasa, dan keterampilan sosial seperti berbagi, bergiliran, santun, menghargai orang, dan ekspresi tubuh lainnya. Contoh: Peserta didik sesuai dengan kelompoknya memaparkan hasil temuan, tanya jawab dan menyimpulkan di kelas.
Pembelajaran IPS harus disajikan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik/scientifi c), dan menggunakan model yang dianjurkan dalam Kurikulum 2013, yaitu discovery-inquiry based learning, problem based learning, dan project based learning. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat didefinisikan sebagai pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik secara aktif membangun konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengomunikasikan (5M).
Langkah-langkah tersebut dapat dilanjutkan dengan mencipta. Dalam melaksanakan proses pembelajaran IPS, bantuan guru diperlukan, tetapi bantuan itu harus semakin berkurang ketika peserta didik semakin bertambah dewasa atau semakin tinggi kelasnya. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik antara lain didasarkan pada prinsip pembelajaran sebagai berikut:
- 1) Berpusat pada peserta didik,
- 2) Memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengkonstruk konsep, hukum, dan prinsip,
- 3) Mendorong terjadinya peningkatan kecakapan berpikir peserta didik,
- 4) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik, dan
- 5) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.
Secara umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik dilakukan melalui langkah-langkah:
- 1) Peserta didik melakukan pengamatan atas suatu fenomena yang berupa gambar/video, lingkungan sekitar untuk mengidentifikasi hal-hal yang ingin diketahui dari hasil pengamatan.
- 2) Peserta didik merumuskan pertanyaan berdasarkan hal-hal yang ingin diketahui peserta didik pada saat melakukan pengamatan. Mengumpulkan data atau informasi dengan berbagai teknik, seperti: membaca Buku Siswa, mencari di internet, wawancara dengan narasumber atau melakukan pengamatan di lapangan.
- 3) Menganalisis data atau informasi yang diperoleh dari berbagai sumber untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan sampai diperoleh suatu kesimpulan atas jawaban dari pertanyaan yang telah dirumuskan,
- 4) Mengomunikasikan kesimpulan dengan cara mempresentasikan di depan kelas, menempel kesimpulan pada dinding kelas atau tempat yang telah disediakan sebagai wahana belajar peserta didik.
b. Model-Model Pembelajaran IPS
Model-model pembelajaran yang direkomendasikan di dalam standar proses adalah: Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM), Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP), dan Discovery-Inquiry (DI). Ketiga model tersebut diharapkan dapat memperkuat penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Agar guru dapat memperoleh pemahaman tentang bagaimana mengimplementasikan model-model pembelajaran tersebut akan diuraikan satu per satu pada uraian berikut.
1) Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau dalam bahasa Inggris disebut Problem Based Learning (PBL) adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sebagai konteks atau sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta membangun pengetahuan baru. Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah, peserta didik, secara individual maupun berkelompok, menyelesaikan masalah nyata tersebut dengan menggunakan strategi atau pengetahuan yang telah dimiliki. Secara kritis, peserta didik menemukan masalah, menginterpretasikan masalah, mengidentifikasi faktor penyebab
terjadinya masalah, mengidentifikasi informasi dan menemukan strategi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah, mengevaluasi kesesuaian strategi dan solusi, dan mengomunikasikan simpulan.
Tujuan utama PBM bukanlah penyajian sejumlah besar fakta kepada peserta didik, melainkan pada pengembangan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis, menyelesaikan masalah, dan sekaligus mengembangkan pengetahuannya. PBM mengacu kepada prinsip-prinsip pembelajaran lainnya seperti pembelajaran berbasis proyek (project-based-learning), pembelajaran berbasis pengalaman (experience-based learning), pembelajaran autentik (authentic learning) dan pembelajaran bermakna (anchored instruction).
Model pembelajaran tersebut cocok untuk pengembangan kemampuan berpikir tingkat tinggi karena dengan model tersebut peserta didik akan terbantu untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya, dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang lingkungan sekitarnya. Untuk dapat memahami pola urutan PBM tersebut, perlu dilakukan melalui sintaks atau langkah-langkah pembelajaran sebagaimana dikemukakan menurut Ibrahim dalam Trianto, (2011 : 98) adalah sebagai berikut.
2) Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP)
Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) atau dalam bahasa Inggris dinamakan Project-Based Learning (PjBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas peserta didik untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produkpembelajaran berdasarkan pengalaman nyata.
Produk yang dimaksud adalah hasil proyek dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan lain-lain. Pendekatan ini memperkenankan pesera didik untuk bekerja secara mandiri maupun berkelompok dalam mengkostruksikan produk nyata. Tujuan Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP) adalah sebagai berikut:
- a). Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran
- b). Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah proyek.
- c). Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa.
- d). Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas/proyek.
- e). Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada PBP yang bersifat kelompok.
3) Pembelajaran Discovery-Inquiry
Model Pembelajaran Diskoveri (Discovery Learning) diartikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pembelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan peserta didik mampu mengorganisasi sendiri hasil belajarnya. Sebagai model pembelajaran, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan pembelajaran inkuiri (Inquiry-Learning). Tidak ada perbedaan prinsip di antara kedua istilah ini. Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui.
Perbedaannya dengan inquiry ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada peserta didik semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan tujuan.
Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, sehingga peserta didik dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat simpulansimpulan. (Implementasi Kurikulum 2013, Materi Pelatihan Guru, Ilmu Pengetahuan Sosial SMP, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2013) Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery-Inquiry sebagai berikut.
a) Langkah Persiapan
- (1) Menentukan tujuan pembelajaran.
- (2) Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya).
- (3) Memilih materi pembelajaran.
- (4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (daricontoh-contoh generalisasi).
- (5) Mengembangkan bahan-bahan pembelajaran yang berupa contohcontoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik.
- (6) Mengatur topik-topik materi pembelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.
- (7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik.
b)Pelaksanaan
(1) Stimulasi/Pemberian Rangsangan
Pertama-tama peserta didik dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan masalah. Kemudian guru dapat memulai kegiatan PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
(2) Pernyataan/Identifikasi Masalah
Selanjutya guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan pembelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk jawaban sementara atas pertanyaan/ masalah.
(3) Pengumpulan Data
Peserta didik mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya jawaban sementara atas pertanyaan/masalah. Pada tahap ini peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya.
(4) Pengolahan Data
Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya, diolah, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan model tertentu serta dimaknai
(5) Pembuktian
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya jawaban sementara atas pertanyaan/masalah
(6) Penarikan Simpulan/Generalisasi
Tahap generalisasi/simpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
(Syah, 2004, dalam Materi Pelatihan Guru, Ilmu Pengetahuan Sosial SMP, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan, 2013).